Tuesday, July 10, 2012

VP’s Note.


Dear Great Teachers,
Kita sudah memasuki Tahun Ajar 2012-2013. Di Tahun Ajar ini, kita tidak punya pilihan lain selain MENJADI LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA. Apa pun yang terjadi di masa lalu –pengalaman-pengalaman lalu, dapat kita jadikan sebagai titik tolak, sebagai cermin, sebagai bahan ajar untuk melakukan segala sesuatu dengan lebih baik.  Dengan bersikap reflektif, kita dapat menemukan dan merumuskan apa yang harus kita lakukan demi MENJADI LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA.
Rumusan dari hasil refleksi tersebut saya kemukakan dalam bentuk Empat Fokus Putra Bangsa 2012–2013. Empat Fokus ini dapat dilihat sebagai strategi untuk mencapai visi dan mewujudkan misi Putra Bangsa. Karena Guru merupakan inspirator yang berada di baris terdepan dari kegiatan pembelajaran, maka Empat Fokus ini akan lebih manjur jika diamalkan, dihidupi, dan diwujudkan terlebih dahulu oleh para Guru sebelum ditransfer ke Murid-murid. Bentuk dari Empat Fokus ini adalah kerangka ide/acuan bagi beragam aktivitas yang akan dilakukan di SD Putra Bangsa untuk Tahun Ajar 2012–2013. Empat Fokus tersebut adalah:

1.       PENINGKATAN KEPEDULIAN TERHADAP LINGKUNGAN
a.  Guru menjadi inspirasi kepedulian terhadap lingkungan. Dimulai dengan peduli terhadap kebersihan sekolah. Tidak saja hanya kebersihan kelas masing-masing, tapi Guru juga peduli terhadap kebersihan toilet, selasar kelas, halaman sekolah, dll.
b.      Murid diajarkan untuk peduli terhadap kebersihan lingkungan sekolah.
2.       PENINGKATAN KETERAMPILAN/HANDS-ON MURID
a.       Menumbuhkan kemandirian Murid dalam aktivitas rutin di lingkungan sekolah seperti: menyiapkan makanan sendiri, mengambil dan mengembalikan barang, menyelesaikan tugas.
b.      Murid lebih dilibatkan di dalam aktivitas membersihkan kelas dan lingkungan sekolah.
c.       Murid mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan di sekolah dengan pendampingan teknis dari Guru.
3.       PENINGKATAN MINAT BACA
a.       Di dalam satu tahun Guru membaca:
                                                               i.      minimal 4 buku yang berhubungan dengan kependidikan
                                                             ii.      minimal 5 buku popular (karya sastra: novel, kumpulan prosa/cerpen, dll.)
b.    Guru menulis artikel mengenai pendidikan berdasarkan pengalaman pribadi yang dihubungkan dengan wawasan yang diperoleh dari membaca berbagai sumber. Minimal 2 artikel setahun.
c.       Mendorong Murid membaca di perpustakaan.
4. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAKNAI AKTIVITAS DAN KEJADIAN YANG BERNILAI (VALUABLE) BAGI KEHIDUPAN MURID DAN GURU MELALUI SIKAP INTROSPEKTIF DAN REFLEKTIF.
a.     Jeli melihat kejadian sehari-hari yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, dan kemudian menggali dan menemukan makna dari kejadian tersebut untuk dihubungkan dengan nilai-nilai kehidupan.
b.      Mengarahkan Murid untuk bisa menemukan nilai-nilai dari setiap kegiatan yang dilakukan.  Contoh: Siswa membersihkan kelas dapat bermakna bahwa mereka melatih diri untuk peduli terhadap lingkungan, menjaga property, dan sekaligus olah tubuh.

Nah, demikian Empat Fokus  untuk TA 1213. Ditemani lagu mellow: Ikanaide (yang kurang lebih berarti ojo lungo ngendi-ngendi…) dan lagu nge-beat-nya Kelly Clarkson: Stronger (apa yang tidak membunuh, menguatkan!) saya ajak rekan-rekan untuk JIA YO (tambah minyak, alias semangaaattt)! Jiwa-jiwa muda belia yang siap membuka pikiran untuk menjelajahi dunia pengetahuan menunggu kehadiran kita! Let’s rock this new school year! BERJUANG!

Jabat erat dan maaf berat untuk semua kesalahan di masa lalu.

Adi

Menumbuhkan Malu dan Takut untuk Mencegah Anak berbuat Jahat

Dear Teachers, 

Membicarakan tentang bagaimana mencegah Anak berbuat jahat atau bertindak tidak benar melibatkan banyak pertimbangan berbagai faktor sehingga membentuk kompleksitas tertentu. To prevent berarti bagaimana upaya awal (pre) agar sebuah kejadian (event) tidak terjadi. Upaya tersebut perlu dirumuskan secara  formal dan metodis di dalam pendidikan di sekolah.

Satu prinsip tua yang masih ampuh untuk mencegah orang berbuat jahat adalah dengan menumbuhkan rasa malu berbuat jahat/tercela (hiri) dan takut terhadap akibat perbuatan jahat/tercela (ottapa). Malu dan takut inilah yang perlu ditumbuhkan. Di level awam, agar punya malu berarti seseorang perlu ego, ego agar mudah disentil perlu diberi makan berupa pujian atau penghargaan, pujian atau penghargaan diberikan berdasarkan standar atau perbandingan. Nah, dari sinilah tugas seorang Guru, bagaimana menumbuhkan rasa malu melalui teknik pujian atau penghargaan dengan diikuti keseimbangan penumbuhan ego positif. 

Ego positif berupa kesadaran bahwa dirinya  adalah orang beradab, terpelajar, terhormat, dan luhur, sehingga mesti  melakukan sesuatu yang pantas dilakukan (baik). Pengembangan ego ini dimulai dari tahap kognitif melalui penjelasan guru. Guru meletakkan dasar pemahaman tentang diri, bahwa mereka adalah orang-orang terhormat dan terpelajar, sehingga tidak pantas bila melakukan sesuatu yang tercela.  Untuk menumbuhkan ego semacam ini di dalam diri siswa seorang guru membutuhkan “modal” yang harus disiapkan terlebih dahulu. Ibarat ingin menancapkan pasak beton raksasa untuk tiang jembatan dibutuhkan mesin penghujam hidrolik yang bekerja seperti palu yang bertenaga besar, demikian juga seorang guru yang ingin menanamkan dasar pemahaman diri kepada anak tentang kehormatan, harga diri, dan keadaban membutuhkan kepribadian guru sebagai insan bermartabat yang kuat pula. Guru pun harus mampu menjadi inspirasi kebajikan bagi muridnya. Setelah guru bermartabat menjadi inspirasi, di saat itu guru menjadi palu berkekuatan besar untuk menanamkan kesadaran pada siswanya tentang menjadi insan beradab, terpelajar, terhormat, dan luhur.

Setelah mencapai pengertian yang diinginkan, setiap praktik yang menunjukkan kehormatan, kebaikan, dan kepantasan yang dilakukan oleh siswa sepatutnya diberi penghargaan secara verbal maupun material. Penghargaan bagi murid SD kelas 1 s.d. 3 cenderung berwujud material. Walau sebenarnya mereka sudah bisa merasa puas dengan penghargaan secara verbal. Penghargaan nonmaterial bagi siswa yang lainnya bisa juga berwujud tanda-tanda yang dibentuk dari tubuh seperti misalnya, acungan jempol, senyuman, tepuk tangan, belaian, tepukan di pundak, dan lain sebagainya. Penghargaan bukanlah hal yang utama. Itu hanyalah jembatan agar anak menyeberang ke jalan kebiasaan. Setelah mereka terbiasa dengan praktik yang menunjukkan sikap beradab, terpelajar, terhormat, dan luhur, maka tanpa penghargaan khusus dari siapa pun mereka akan tetap berjuang menjadi beradab, terpelajar, terhormat, dan luhur.

Guru harus jeli mengamati siswa. Jangan ragu-ragu beri penghargaan untuk sikap terpuji yang mereka tunjukkan. Sebaliknya jangan tunda mengajak siswa untuk memperbaiki sikap ketika mereka melakukan sesuatu yang tidak baik. Jangan bosan menanamkan kesadaran pada siswa bahwa mereka diharapkan untuk menjadi insan beradab, terpelajar, terhormat, dan luhur.