Dear Wonderful Teachers,
Semoga dalam keadaan sehat dan
bahagia.
Tulisan ini adalah tentang apa
yang baru saja saya saksikan. Malam ini, saya menyaksikan bukan sekadar
penampilan guru-guru sebagai pengisi acara, melainkan suatu kreativitas tingkat
tinggi. Saya dengar dari Ibu sekalian bahwa proses kreatif hingga latihan untuk
penampilan itu paling banyak 3 kali. Amazing!
Dengan hanya berlatih beberapa kali
–dan bahkan ada yang bilang bahwa selama latihan malah tidak jadi-jadi–
Ibu sekalian bisa menampilkan suatu penampilan yang bukan saja menghibur,
tetapi juga menunjukkan bahwa Ibu sekalian memiliki keterampilan-keterampilan
(khususnya di bidang seni). Tentu saja Ibu sekalian punya PD yang tinggi pada
dasarnya. Jika tidak, mana bisa tampil “gila” dengan latihan yang cuma beberapa
kali itu.
Bu Tika, tidak diragukan lagi power vokal-nya, beda tipis dengan
Whitney Houston. Bu Rima, selain punya vokal dengan vibra yang khas, malam ini,
dipandang dari sudut tertentu, Bu Rima memang tampak mirip dengan Titi Shuman.
Bu Tiwi, memang punya potensi sebagai Guru penegak disiplin. Dengan segala
potensi ke-misterius-annya, Bu Tiwi semakin gothic
dengan dandanan hitam-hitam. Bu Esti, kita sudah tahu kehebatannya. Bu Esti
memang berani ‘gila’. Kemampuannya untuk in
dalam berbagai kondisi telah teruji. Bu Syah… eh, maaf.. Bu Lala, lepas dari
segala kepolosannya, Bu Lala memang jagoan untuk urusan yang menyangkut mix and match, dandan-dindin,
anggun-anggin.. hehehe…
Bu Elis, ternyata suara Ibu keren,
baru kali ini saya dengar Ibu bernyanyi! Begitu pula dengan Bu Ningrum, vokal
Bu Ningrum ternyata mendebarkan. Bu Budi, ternyata Ibu adalah biduan choir yang
terlatih. Bu Nisa, kapan-kapan saya harus dengar Ibu nyanyi tunggal. Bu Kristin,
baru tahu kalau Ibu bisa nyanyi, bagus.
Ibu berlima saja sudah menunjukkan bahwa bahwa betapa potensialnya
guru-guru Putra Bangsa soal tarik suara. Lagu sederhana yang Ibu berlima
bawakan menjadi elok dengan teknik paduan suara. Salut!!
Bu Ita! Wow, multi talenta
ternyata… Orang Bali pasti bangga dengan tarian yang Ibu bawakan bersama dengan
Bu Irene dan Bu Ratna. Tidak saja menunjukkan keanggunan, Ibu Ita, Bu Irene dan
Bu Ratna mampu membuat parodi di atas keindahan tarian Bali. Saking berpadunya
parodi dan serius, saya sempat menduga bahwa adegan kain Bu Ita hampir lepas
terinjak merupakan ketidaksengajaan, tetapi ternyata memang bagian dari parodi.
Kreatif, sungguh!
Ceribele!!! Aih… langsung saja
saya membayangkan 3 anak TK A yang culun-culun beraksi! Bukan mainan saya
ngakak gara-gara melihat penampilan Ibu bertiga! Ibu Kunthi, lincah pisan! Bu
Puput, enerjik! Bu Trisna, wuihh… cool!
(sampai saya pastikan lagi ekspresi Ibu bertiga melalui pengamatan foto).
Menghibur sekali!
Nah.. Sang Jawara kontes! Trio apa,
ya? Ah, ternyata Bu Katrin bisa begitu sangat ekspresif dan dramatis. Begitu
pula dengan Bu Ana dan Bu Lestari. Bu Ana dan Bu Lestari ternyata bisa ‘gila’
juga! Penampilan Ibu bertiga bisa menjadi inspirasi bagi kaum manula bahwa
sebenarnya usia bukanlah hambatan untuk bisa berkreasi. Salut!
T
|
idak
henti-hentinya saya merasa kagum terhadap Ibu seluruhnya. Dengan kreativitas
dan kepercayaan diri yang Ibu sekalian miliki, saya membayangkan betapa besar
potensi Ibu-ibu untuk memberikan layanan pendidikan yang berbeda daripada
umumnya. Dengan tingkat kreativitas
yang sama dengan yang Ibu kerahkan untuk penampilan malam ini, saya
membayangkan pembelajaran pasti akan menjadi amat menarik. Malam ini, saya bukan
saja merasa terhibur, tapi sekaligus terinspirasi dari Ibu sekalian. Saya
sempat ‘melayang’ (perasaan campur aduk: senang, bahagia, bangga, haru) tatkala
Ibu sekalian menyanyikan lagu gubahan “Indomie” versi Putra Bangsa di penutupan
penampilan. Elok nian… sungguh, elok nian! Berdasarkan momen ini, saya akan katakan:
bukan saja Putra Bangsa yang bangga memiliki Ibu sekalian, tetapi Indonesia pun
patut berbangga, karena di sini, ada putri-putri negerinya yang cerdas,
kreatif, tangguh, dan tentu saja… berbudi luhur.
Sekali lagi , salut saya buat Ibu-ibu sekalian!